Thursday 21 July 2016


Wanita tak pernah lepas dari dilema, baik dilema makan atau tidak makan karena takut gendut atau dilema perkara perawatan kulit. Semakin banyaknya produk kecantikan yang diperjual belikan secara bebas di toko membuat kita semakin dilema. Tapi sebenarnya dilema soal menjaga kesehatan kulit tidaklah perlu. Ada cara termudah untuk menjaga kesehatan kulit Anda, ladies..yaitu dengan menghindari stres.

Stres adalah salah satu pemicu menurunnya hormon endorfin, hormon kebahagiaan yang bertugas membuat hati Anda bercahaya layaknya sinar mentari pagi. Dengan terus-menerus memelihara stres, bukan hanya kesehatan mental Anda yang menurun, namun juga kesehatan fisik Anda akan ikut menurun.

Banyak pengaruh negatif yang akan terjadi pada kulit akibat dari stres. Berikut adalah pengaruh negatif stres yang akan terjadi pada kulit kita:

  1. Mengganggu regenerasi sel-sel kulitSeseorang yang mengalami stres lebih beresiko mengalami gangguan tidur. Padahal, gangguan tidur dapat menyebabkan banyak masalah pada kulit, misalnya:
    • Mengganggu proses regenerasi sel-sel kulit. Karena stres, maka regenerasi sel kulit menjadi terganggu.
    • Gangguan tidur akibat stres dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam membuang racun. Bahan kimia yang terkandung dalam produk-produk kecantikan dan perawatan kulit dapat mengendap pada kulit. Akibatnya, kesehatan kulit terganggu,
    • Kulit menjadi kusam, mudah berjerawat dan timbulnya tanda-tanda penuaan dini pada kulit seperti flek atau noda hitam.
    • Kurang tidur karena stres juga dapat menyebabkan area kulit di bawah mata menjadi kehitaman (timbul kantung mata).
  2. Menurunkan elastisitas kulit
    Stres memicu tubuh melepaskan hormon yang bisa mengganggu peredaran darah pada kulit. Karena peredaran darah terganggu, maka aliran oksigen dan nutrisi yang diperlukan kulit juga akan terhambat. Oksigen dan nutrisi yang diperlukan akan berkurang sehingga mengganggu elastisitas kulit, membuat kulit jadi kendur (tidak kencang), keriput, dan kasar.
  3. Membuat kulit menjadi kering
    Efek negatif lainnya dari stres adalah membuat kulit menjadi kering. Stres menciptakan lubang kecil di membran sel yang memungkinkan air keluar dari sel. Hormon stres kortisol yang dilepaskan saat stres akan membuat kulit kehilangan kemampuan menahan air. Akibatnya, kelembaban kulit jadi berkurang, dan kulit menjadi kering.
  4. Menyebabkan kulit mudah berjerawat
    Kelenjar minyak sebum pada kulit memiliki reseptor bagi hormon stres. Saat stres terjadi, maka produksi minyak sebum pada kelenjar ini akan semakin aktif. Kondisi ini, ditambah dengan penumpukan sel kulit mati, paparan sinar ultraviolet dan bakteri pada pori-pori kulit dapat menimbulkan jerawat.
  5. Menciptakan kerutan pada kulit
    Peningkatan kadar kortisol (hormon stres) pada kulit membuat terjadinya peningkatan kadar gula pada darah. Kelebihan jumlah molekul gula dalam darah ini dapat merusak kolagen kulit yang membuat kulit menjadi kendur, keriput, dan timbul banyak kerutan. Karena itulah kita membutuhkan asupan Royal Jelly yang mengandung 30 jenis asam amino dan 11 macam mineral penting yang dibutuhkan tubuh dalam memperbaiki kolagen.
  6. Menimbulkan iritasi, gatal-gatal, dan kemerahan pada kulit
    Bagian epidermis kulit dan lapisan kulit di bawahnya membentuk lapisan pelindung yang kuat yang dapat menghalau masuknya bakteri ke dalam kulit. Saat stres, lapisan pelindung ini menjadi rapuh dan tidak bekerja optimal dalam menghalau masuknya bakteri ke dalam kulit yang memberi akses pada bakteri dapat masuk ke dalam kulit dan mampu memicu timbulnya keluhan gatal-gatal, iritasi, dan kemerahan pada kulit.
Jangan biarkan kondisi stres terjadi berkepanjangan. Apabila Anda melihat orang di sekitar Anda mengalami stres atau mungkin Anda sendiri yang sedang mengalaminya, sebaiknya Anda ikuti tips di bawah ini:

Wednesday 20 July 2016

Insomnia bukanlah suatu penyakit, namun bisa menimbulkan banyak sekali penyakit. Insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa kesulitan untuk tertidur, terbangun dan sulit sekali untuk tidur kembali atau selalu terjaga di tengah malam. Insomnia mungkin menjadi salah satu keluhan yang paling sering di dengar setiap harinya. Gangguan tidur yang kadang terjadi pada orang dewasa ini boleh dianggap sebagai reaksi terhadap kesulitan dan tekanan hidup yang rutin. Penelitian membuktikan, 40% orang dewasa mengalami gangguan tidur ini. Mungkin Anda termasuk dalam 40 persen orang dewasa yang mengalaminya.

Anda mungkin hanya mengetahui bahwa insomnia itu disebabkan oleh stres. Tapi ternyata insomnia tidak hanya disebabkan oleh stres. Menurut Saimak T. Nabili, penyebab insomnia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok penyebab transient atau short-term insomnia; dan penyebab chronic atau long-term insomnia.

Penyebab yang dapat memicu transient atau short-term insomnia, antara lain:
ñ  Jet lag.
ñ  Perubahan shift kerja.
ñ  Suara bising mengganggu atau tidak menyenangkan seperti: suara dengkuran dan suara mesin.
ñ  Temperatur ruangan yang tidak nyaman (terlalu panas ataupun terlalu dingin).
ñ  Situasi yang membuat stres (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai, dipecat, bercerai, perpisahan).
ñ  Menderita penyakit keras atau harus menjalani perawatan di rumah sakit.
ñ  Sedang dalam proses penyembuhan medis, seperti: pengobatan dari penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kecanduan zat / obat-obatan / bahan-bahan tertentu.
ñ  Insomnia terkait dengan ketinggian tempat, seperti saat sedang di gunung.

Sementara penyebab atau kondisi yang dapat memicu chronic atau long-term insomnia, di bagi lagi menjadi dua, yaitu:
Kondisi Psikologis: gangguan kecemasan, stres, schizophrenia, mania (gangguan bipolar), dan depresi. Insomnia dalam beberapa kasus menjadi indikator seseorang yang mengalami depresi atau masalah mental.

Kondisi Fisiologis: sindrom sakit kronis, sindrom kelelahan kronis, penyumbatan jantung atau kelumpuhan jantung, night time angina (sakit di bagian dada) akibat penyakit jantung, acid reflux disease (GERD), chronic obstructive pulmonary disease (COPD) / penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), noctural asthma / gangguan asthma pada malam hari, obstructive sleep apnea / penyumpatan saluran napas yang terjadi ketika tidur, degenerative disease seperti parkinson dan alzheimer (pada kasus ini insomnia seringkali dijadikan faktor pengambil keputusan untuk menempatkan perawatan rumah), tumor otak, stroke, atau trauma otak.

Karena tidur adalah saat pembaharuan seluruh organ tubuh, jadi usahakan Anda menjauhi pencetus terjadinya insomnia di bawah ini:
u shift kerja yang sering berubah-ubah.
u Terlalu banyak mengonsumsi nikotin dan alkohol.
u Bepergian ke tempat dengan ketinggian berbeda dengan frekuensi yang terlalu sering.
u Terlalu memikirkan apa yang akan terjadi di hari esok.
u Mengonsumsi obat influenza atau obat asthma tidak sesuai dengan dosis.
u Mengonsumsi suplemen tekanan darah tinggi tidak dengan resep dokter.
u mengonsumsi suplemen untuk menangani depresi, gangguan kecemasan, dan schizophrenia atau obat penenang lainnya tidak dengan saran dokter.

TIPS MENGATASI INSOMNIA:
Ada baiknya Anda mandi sebelum tidur. Suara air yang mengalir saat Anda mandi akan menenangkan syaraf. Bila di rumah ada bath tub, berendam di bath tub dengan memakai minyak aromaterapi selama 20 menit juga membuat perasaan ingin tidur. Oh yah, setelah mandi disarankan juga untuk minum secangkir teh chamomile yah. Bila keinginan untuk tidur masih tidak muncul juga, Anda disarankan untuk mengonsumsi Tara Relaxan, suplemen untuk merelaksasi tubuh tanpa efek samping dan tidak membuat ketagihan. Tara Relaxan sangat aman karena bukan obat tidur dan tidak membawa dampak pada sistem syaraf pusat seperti obat tidur di pasaran.



sumber:
huffingtonpost.com
cnnindonesia.com
stressbusting.co.uk
newscientist.com
medical-help-fast.com