Monday, 24 February 2014


http://earlyreadingforkids.com/wp-content/uploads/2013/10/child-and-mother-reading.jpg"Kayaknya anak saya terlalu manja deh... Saya dulu dibesarkan orang tua dengan ekonomi yang pas-pasan, akhirnya  saya jadi berjuang sendiri untuk melakukan segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu enak."
Mungkin hal ini sering dikeluhkan oleh para orang tua?
Di jaman yang serba instan ini para orang tua yang kebanyakan bekerja berusaha memenuhi kebutuhan anak dengan menyediakan segala sesuatu bagi anak. Akibatnya justru anak menjadi tidak mandiri.

Anak-anak yang kurang mandiri biasanya adalah anak-anak yang gagal mengembangkan otonominya. Ada satu tahap perkembangan anak di mana mereka ingin mengembangkan otonominya, biasanya saat anak memasuki usia 2-3 tahun. Contohnya:
  1. Anak sudah mulai ingin berjalan sendiri tanpa digendong. Namun karena Anda tergesa-gesa akhirnya anak digendong.
  2. Saat anak memanjat kursi, kita larang... “jangan, nanti jatuh”, atau saat memegang sesuatu tidak kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya. Nah, akhirnya anak menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan atau apa yang diberikan oleh pengasuhnya.
 Padahal:
  1. Pada saat anak mulai belajar makan, biarkan anak memegang sendoknya sendiri dan menyuapkan makanan sendiri. Memang awalnya berantakan, namun hal ini penting untuk membiasakan anak untuk makan sendiri.
  2. Saat anak mulai belajar berjalan, biasakanlah anak untuk menaruh kembali mainannya ke tempat semula. 
  3. Saat anak mulai bersekolah dan harus mengenakan kaus kaki saja sampai 10 menit, belum mengenakan seragam dan sarapan... bersabarlah. Yang perlu Anda lakukan adalah bangun lebih pagi agar ada jeda waktu untuk mempersiapkan segalanya. 
  4. Saat anak sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk makan ke tempat cucian, biar dia melakukannya. 
  5. Saat anak sudah menginjak kelas 1 SD, jangan bawakan tasnya... pastinya jadi lebih lama? Berangkatlah lebih awal agar tidak terlambat. 
  6. Biarkan anak mengembalikan sepatu ke rak, hal ini tidak bisa sekali diminta langsung anak terbiasa... kita harus lebih sabar mengingatkan dan mengingatkan lagi. 
  7. Kadang anak memilih baju sendiri yang menurut kita tidak match sama sekali, biarkan anak mengenakan baju pilihannya. Kalau ingin anak mandiri, biarkan saja anak memilih. Segala sesuatu jangan kita yang putuskan. Hal ini bisa mengajarkan anak-anak untuk memiliki kemampuan berpikir.
Dengan mampu melakukan hal-hal kecil, maka anak akan merasa bangga, bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal tersebut. Rasa percaya dirinya pun tumbuh, anak pun mulai memahami tanggung jawabnya.
Sebagai orangtua, inilah sikap yang perlu kita miliki: 
  1. Kita perlu merangsang inisiatif anak dan jangan jadi orangtua yang tergesa-gesa.
  2. Kita harus mampu membentuk thinking skill dengan memperbanyak kalimat bertanya. Dengan begitu anak juga bisa berpikir dan memutuskan pilihannya. 
  3. Saat mengajari anak untuk disiplin, berikan kalimat uang memotivasi anak, misalnya, “Mama tahu kamu pasti bisa. Coba dulu, ya…”. Dengan kalimat seperti ini anak juga pasti akan tergerak melakukannya dengan sendirinya. 
  4. Saat anak belum bisa mandiri dan Anda memilih untuk memberikan penjelasan dan peringatan, hal yang nggak boleh dilupakan adalah memberikan konsekuensi, sehingga anak pun bisa belajar. 
Pada dasarnya mandiri merupakan kebutuhan anak. Sudahkah kita memenuhinya pada anak-anak kita? Nggak cuma anak-anak juga punya keinginan untuk menunjukan kalau mereka bisa dan mampu melakukan sesuatu. Karena mandiri merupakan kebutuhan, ya, pasti anak-anak ingin mecoba segala sesuatu. Kalau anak suka numpahin air? Nggak bisa pakai kaos kaki? Ya, jangan marah. Kasih kesempatan saja mereka untuk belajar.

artikel terkait :
http://www.taranatureepa.co.id/produk-tara/kurkur/ 
http://www.taranatureepa.co.id/produk-tara/tara-kid-cod-liver-oil-plus-dha/ 

0 comments:

Post a Comment