Thursday, 14 January 2016

Meninggalnya Wayan Mirna Salimin setelah minum kopi masih menjadi misteri. Hasil penelitian autopsi sementara, pihak kepolisian menyatakan bahwa kopi yang Mirna minum diduga tercampur zat jenis sianida. Terlepas dari benar tidaknya berita tersebut, sebenarnya apakah zat sianida itu? Bagaimana sianida begitu cepat membunuh mangsanya?

Penggemar komik detektif Conan pasti sudah tidak asing lagi dengan nama racun yang sering digunakan dalam pembunuhan di komik ini. Sianida biasanya berbentuk gas sianida hidrogen (HC=N) dan garam padat yang mengandung ion sianida (H=N). Dikutip dari halaman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, disebutkan hidrogen sianida dengan nama Zyklon B, digunakan sebagai agen genosida oleh Jerman dalam Perang Dunia II. Regional Coordinator di WHO South East Asia Regional Office Prof dr Tjandra Yoga Aditama membenarkan bahwa sianida merupakan zat beracun yang telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu.  Zat sianida sebenarnya dibuat untuk tujuan membunuh serangga dan hewan pengerat di kapal, gudang, kereta, dan di pohon-pohon tertentu. Namun tangan-tangan jahil telah menyalahgunakaannya dengan menyendupkannya kepada para tentara perang di zaman tersebut sehingga sianida tersebar dan meracuni banyak orang.
Dalam sebuah artikel yang dimuat di Dikti.go.id, disebutkan lebih dari 2 ribu spesies tanaman dapat melepaskan sianida dengan kandungan yang bervariasi. Seperti singkong, almond, aprikot, bahkan apel. Namun sianida juga terkandung dalam jumlah kecil di dalam asap rokok dan produk pembakaran bahan sintetis, seperti plastik. Dalam industri manufaktur sianida biasanya digunakan untuk membuat kertas, tekstil, dan plastik. Dalam bentuk gas, biasanya sianida digunakan sebagai pembasmi hama. Sementara bentuk garamnya digunakan untuk membersihkan logam.

Lalu bagaimana cara kerja sianida apabila masuk ke dalam tubuh? Berikut penjelasannya:

Sianida memiliki sifat ketertarikan dengan atom besi. Ia akan mudah terikat dengan atom besi— yang membentuk heme yang merupakan bagian dari hemoglobin. Hal ini membuat atom besi tidak bisa membawa atom oksigen ke jaringan melalui hemoglobin, sehingga kekurangan oksigen di tingkat jaringan terjadi. Inilah yang disebut hipoksia. Pada fase ini, otak adalah yang pertama kali terdampak. Ini mengakibatkan hilangnya kesadaran dalam 10-20 detik dan kematian pada 4-5 menit kemudian.

Sianida merusak sistem saraf central dan sistem saraf otot dengan cara mem-blok oksidasi glukosa di dalam sel dengan membentuk kompleks yang stabil dengan enzim oksidasi. Enzim-enzim tertentu dalam sel-sel tubuh kita, seperti oksidase sitokrom, mengandung zat besi dan tembaga atom. Enzim-enzim itu biasanya bekerja dengan menyediakan elektron untuk pengurangan oksigen dalam sel. Sianida kemudian mengikat elektron yang bergerak, dan meniadakannya untuk proses reduksi. Dalam hitungan menit, semua sel dal tubuh yang berperan penting dalam kehidupan seseorang akan mati.

Gejala yang timbul akibat keracunan sianida adalah sesak nafas, kejang-kejang, keluar busa lewat mulut, mata menonjol, dan kesulitan bernafas karena adalah gagal jantung yang akhirnya akan menyebabkan kematian hanya dalam hitungan menit. Namun, bila dosisnya ringan reaksi yang terjadi mungkin hanya terjadi sesak napas, sakit kepala, mual dan muntah.

Manusia diciptakan hakikatnya untuk saling menghidupkan, bukan untuk mematikan, karena hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mematikan mahkluk hidup ciptaannya.

Sumber:
Www.Intisari-online.com
www.Kompas.com

0 comments:

Post a Comment