Meninggalnya Wayan Mirna Salimin
setelah minum kopi masih menjadi misteri. Hasil penelitian autopsi sementara,
pihak kepolisian menyatakan bahwa kopi yang Mirna minum diduga tercampur zat
jenis sianida. Terlepas dari benar tidaknya berita tersebut, sebenarnya apakah
zat sianida itu? Bagaimana sianida begitu cepat membunuh mangsanya?
Penggemar komik detektif Conan pasti
sudah tidak asing lagi dengan nama racun yang sering digunakan dalam pembunuhan
di komik ini. Sianida biasanya berbentuk gas sianida hidrogen (HC=N) dan garam
padat yang mengandung ion sianida (H=N). Dikutip dari halaman Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) Amerika Serikat, disebutkan hidrogen sianida dengan nama
Zyklon B, digunakan sebagai agen genosida oleh Jerman dalam Perang Dunia II. Regional
Coordinator di WHO South East Asia Regional Office Prof dr Tjandra Yoga Aditama
membenarkan bahwa sianida merupakan zat beracun yang telah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu. Zat sianida
sebenarnya dibuat untuk tujuan membunuh serangga dan hewan pengerat di kapal,
gudang, kereta, dan di pohon-pohon tertentu. Namun tangan-tangan jahil telah
menyalahgunakaannya dengan menyendupkannya kepada para tentara perang di zaman
tersebut sehingga sianida tersebar dan meracuni banyak orang.
Dalam sebuah artikel yang dimuat di Dikti.go.id,
disebutkan lebih dari 2 ribu spesies tanaman dapat melepaskan sianida dengan
kandungan yang bervariasi. Seperti singkong, almond, aprikot, bahkan apel.
Namun sianida juga terkandung dalam jumlah kecil di dalam asap rokok dan produk
pembakaran bahan sintetis, seperti plastik. Dalam industri manufaktur sianida
biasanya digunakan untuk membuat kertas, tekstil, dan plastik. Dalam bentuk
gas, biasanya sianida digunakan sebagai pembasmi hama. Sementara bentuk
garamnya digunakan untuk membersihkan logam.
Lalu bagaimana cara kerja sianida
apabila masuk ke dalam tubuh? Berikut penjelasannya:
Sianida memiliki sifat ketertarikan
dengan atom besi. Ia akan mudah terikat dengan atom besi— yang membentuk heme
yang merupakan bagian dari hemoglobin. Hal ini membuat atom besi tidak bisa
membawa atom oksigen ke jaringan melalui hemoglobin, sehingga kekurangan
oksigen di tingkat jaringan terjadi. Inilah yang disebut hipoksia. Pada fase
ini, otak adalah yang pertama kali terdampak. Ini mengakibatkan hilangnya
kesadaran dalam 10-20 detik dan kematian pada 4-5 menit kemudian.
Sianida merusak sistem saraf central
dan sistem saraf otot dengan cara mem-blok oksidasi glukosa di dalam sel dengan
membentuk kompleks yang stabil dengan enzim oksidasi. Enzim-enzim tertentu
dalam sel-sel tubuh kita, seperti oksidase sitokrom, mengandung zat besi
dan tembaga atom. Enzim-enzim itu biasanya bekerja dengan menyediakan elektron
untuk pengurangan oksigen dalam sel. Sianida kemudian mengikat elektron yang
bergerak, dan meniadakannya untuk proses reduksi. Dalam hitungan menit, semua
sel dal tubuh yang berperan penting dalam kehidupan seseorang akan mati.
Gejala yang timbul akibat keracunan
sianida adalah sesak nafas, kejang-kejang, keluar busa lewat mulut, mata
menonjol, dan kesulitan bernafas karena adalah gagal jantung yang akhirnya akan
menyebabkan kematian hanya dalam hitungan menit. Namun, bila dosisnya ringan
reaksi yang terjadi mungkin hanya terjadi sesak napas, sakit kepala, mual dan
muntah.
Manusia
diciptakan hakikatnya untuk saling menghidupkan, bukan untuk mematikan, karena
hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mematikan mahkluk hidup ciptaannya.
Sumber:
Www.Intisari-online.com
www.Kompas.com
0 comments:
Post a Comment